AKSI NYATA TOPIK 5 PRESPEKTIF SOSIOKULTURAL PENDIDIKAN INDONESIA

 AKSI NYATA TOPIK 5

PRESPEKTIF SOSIOKULTURAL  PENDIDIKAN INDONESIA



Assalamu’alaikum wr wb

Saya Auliya Saadatul Abadiyah, mahasiswa PPG Calon guru gelombang 2 2024 Program Studi PGSD di Universitas Muria Kudus.

Melalui blog ini, saya akan menguraikan hasil refleksidari tugas Prespektif Sosiokultural dalam Pendidikan Indonesia pada dimensi Aksi Nyata topik 5 dengan alur MERDEKA. Refkesi ini bertujuan untuk memahami materi secara mendalam bagi diri sendiri mapun orang lain.

Alur MERDEKA terdiri dari Mulai dari diri, Eksplorasi konsep, Ruang kolaborasi, Demonstrasi kontekstual, Elaborasi pemahaman, Koneksi antar materi dan Aksi nyata.

  1. Mulai dari diri

(Apa yang Anda pikirkan tentang topik ini sebelum memulai proses pembelajaran?)

Hal yang saya pikirkan mengenai topik 5 pada pembelajaran prespektif sosiokultural dalam pendidikan ini adalah hubungan antara ZPD dan Scaffolding. Dimana hubungan keduanya dapat memastikan peserta didik mendapatkan pengalaman belajar yang bermakna. Saya memikirkan cara mengimplementasikan pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran berbasis Zone of Proximal Development (ZPD) dengan dukungan scaffolding dalam proses pembelajaran di kelas.

 

  1. Eksplorasi Konsep

Apa yang Anda pelajari dari konsep yang Anda pelajari dalam topik ini? 

Dari konsep yang telah saya pelajari mengenai pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran yang diterapkan sebagai scaffolding pada Zona Perkembangan Proksimal (ZPD), saya menemukan beberapa hal penting yang dapat mendukung perencanaan pembelajaran:

Proses pembelajaran berfokus pada interaksi yang dilakukan oleh pendidik, teman sebaya dan orangtua. Pendidik dan orang tua berperan sebagai model atau contoh dalam perilaku peserta didik. Sedangkan teman sebaya berperan sebagai kolaborasi dalam mengembangkan pendapat atau kognitif peserta didik sehingga timbul koordinasi dan kesepakatan dalam menyelesaikan perbedaan permasalahan.

Pendidik dan orangtua berperan mendorong dan membantu anak untuk mencapai level kognitif yang diinginkan dan memiliki ruang independen untuk melakukan kegiatan atau menyelesaikan masalah secara mandiri.

Konsep tujuan dan media Scaffolding yang disesuaikan dengan level kognitif peserta didik

  1. Ruang Kolaborasi

(Apa yang Anda pelajari lebih lanjut bersama dengan rekan-rekan Anda dalam Ruang Kolaborasi?)

Di ruang kolaborasi, kami melakukan kegiatan diskusi bersama mengenai kesulitan belajar peserta didik. ketika berdiskusi terdapat persamaan dan perbedaan pandangan terkait kesulitan belajar peserta didik dan sejauh mana bantuan yang akan diberikan. Kami mendiskusikan tentang level kognitif peserta didik tersebut, adakah kolaborasi antar teman, beserta pemberian bantuan

4.       Demonstrasi Kontekstual

 (Apa hal penting yang Anda pelajari dari proses demontrasi kontekstual yang Anda jalani bersama kelompok bisa tentang materi, rekan dan diri sendiri?)

Dari proses demonstrasi kontekstual, ada beberapa hal penting yang saya pelajari, baik mengenai materi, rekan-rekan, maupun diri saya sendiri:

Materi: Saya lebih memahami pentingnya menyampaikan materi dengan cara yang relevan dan mudah dipahami.

Rekan: Saya belajar banyak dari cara rekan-rekan saya dalam mengelola diskusi dan sudut pandang yang mereka diskusikan.

Diri Sendiri: Saya menyadari pentingnya keterampilan komunikasi dan adaptasi dalam pembelajaran.

.

  1. Elaborasi Pemahaman

(Sejauh ini apa yang sudah Anda pahami tentang topik ini, apa hal baru yang Anda pahami atau berubah dari pemahaman di awal sebelum pembelajaran dimulai apa yang ingin Anda pelajari lebih lanjut?)

Sejauh ini, saya memahami bahwa scaffolding adalah suatu pendekatan dalam pembelajaran yang dirancang untuk memberikan dukungan sementara kepada peserta didik, agar mereka dapat menyelesaikan tugas atau memahami konsep yang sebelumnya berada di luar kemampuan mereka.

Hal baru yang saya pahami atau yang berubah dari pemahaman saya sebelumnya adalah bagaimana scaffolding tidak hanya berfungsi sebagai bantuan sementara, tetapi juga sebagai strategi dinamis yang sangat bergantung pada interaksi antara peserta didik dan pendidik.

6.       Koneksi Antar Materi

(Apa yang Anda pelajari dari koneksi antar materi baik di dalam mata kuliah yang sama maupun dengan mata kuliah lain?)

Dari koneksi antar materi  dengan mata kuliah lain, saya belajar bahwa konsep-konsep pembelajaran saling terkait dan mendukung satu sama lain. Misalnya, dalam mata kuliah Pemahaman peserta didik dan pembelajaranya, Teori Scaffolding ZPD ini dapat dikaitkan dengan teori Design Thinking dimana guru membuat modul ajar berfokus pada peserta didik. Dengan demikian, pemahaman yang komprehensif tentang teori-teori dan konsep-konsep pendidikan memungkinkan saya untuk merancang pengalaman pembelajaran yang lebih holistik dan efektif, dengan memperhatikan berbagai faktor yang mempengaruhi proses belajar peserta didik.

 

Apa manfaat pembelajaran ini untuk kesiapan Anda sebagai guru?

Manfaat pembelajaran ini bagi saya yaitu kemampuan menyesuaikan pembelajaran dengan kebutuhan peserta didik dan pengembangan keterampilan kolaboratif peserta didik. Sehingga, pembelajaran ini memperkaya pemahaman saya mengenai tingkat kognitif peserta didik dan bagaimana cara mengatasi permasalahan yang timbul akibat perbedaan tingkat kognitif peserta didik.

 

Bagaimana Anda menilai kesiapan Anda saat ini, dalam skala 1-10? Apa alasannya?

Jika saya menilai kesiapan saya saat ini dalam skala 1-10, saya akan memberikan nilai 8. Saya merasa banyak konsep yang harus saya pelajari lebih lanjut mengenai scaffolding ini. Saya menyadari bahwa pengalaman langsung sangat penting untuk meningkatkan kesiapan saya menjadi guru yang lebih efektif.

 

Apa yang perlu Anda persiapkan lebih lanjut untuk bisa menerapkannya dengan optimal?

Saya ingin mempersiapkan media yang dapat mendukung proses scaffolding. Ini mencakup memahami cara menggunakan media yang mendukung kolaborasi, yang dapat membantu memberikan umpan balik dan mendukung kemandirian peserta didik.

Komentar